MIMBARPUBLIK.COM, Yogyakarta – Meningkatnya angka infeksi Covid-19 di Indonesia, membuat proses deteksi Covid-19 menjadi langkah yang penting. Ada beragam alat tes yang dikembangkan untuk mempercepat deteksi, seperti rapid test dan PCR. Tak berhenti pada kedua tes itu, UGM juga punya alat pendeteksi Covid-19 bernama GeNose.
GeNose sendiri merupakan hasil kolaborasi tim ahli lintas bidang ilmu di UGM. Alat ini mendeteksi virus Covid-19 melalui embusan napas dengan alat yang telah terintegrasi dengan perangkat berbasis artifisial (Artificial Intelligence).
Tentunya, ini menjadi harapan baru untuk membantu meningkatkan jumlah tes Covid-19, selain rapid test dan PCR. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut fakta GeNose, alat deteksi Covid-19 dari UGM, yang dirangkum dari berbagai sumber Rabu (6/1/2021).
Menggunakan embusan napas
GeNose C19 atau Gadjah Mada Electronic Nose adalah alat pendeteksi Covid-19 yang dikembangkan oleh UGM hanya dengan embusan nafas. Alat ini bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui embusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence).
Ketua tim pengembang GeNose, Profesor Kuwat Triyana, menyebut orang yang terinfeksi Covid-19 memiliki karakteristik mengembuskan lebih banyak senyawa ethyl butanoate dibandingkan orang sehat. Hal ini yang jadi pembedanya, bukan munculnya senyawa baru. Senyawa yang sudah ada tersebut, kemudian akan diketahui lebih tinggi atau rendah
Tidak mendeteksi keberadaan virus
GeNose ini tidak mendeteksi adanya keberadaan virus Corona di dalam tubuh. Alat ini juga berbeda dengan rapid test antibodi yang mendeteksi respons imun tubuh lewat sampel darah.
GeNose, menurut Bambang, hanya mendeteksi adanya partikel atau senyawa yang memang secara spesifik dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi Covid-19.
“Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya, bukan virus Corona Covid-19. Tapi, yang dideteksi di sini adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda jika terjadi atau dikeluarkan oleh orang yang mengidap Covid-19,” jelas Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers di kanal Youtube Kemenristek, Senin (28/12/2020).
Deteksi lebih cepat
Alat deteksi Covid-19 hasil pengembangan para peneliti UGM ini memiliki kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia dalam waktu cepat. Tidak kurang dari 2 menit hasil tes sudah dapat diketahui apakah positif atau negatif Covid-19.
Prof. Kuwat mengatakan, sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi.
Akurat
GeNose buatan para ahli Universitas Gadjah Mada (UGM) diklaim menunjukkan sensitivitas 92%. Ada dua penelitian yang dilakukan yaitu uji validasi dan uji klinis.
Dalam uji validasinya, ada sekitar 615 sampel napas, dan 382 napas diantaranya yang disebutkan berpola positif terpapar Covid-19. Uji validasi ini dilakukan pun di RS Bhayangkara dan RSKLC.
“Uji validasi sebelumnya dilakukan untuk memetakan bagaimana pola yang jelas [Covid-19], dan bagaimana pola ke orang-orang yang sakit tapi non Covid-19,” jelas Dian K Nurputra dari Tim GeNose UGM, seperti yang dilansir dari detik.com.
Murah
Dilansir dari liputan6.com, Prof. kuwat menjelaskan nantinya biaya tes dengan GeNose cukup murah hanya sekitar Rp15.000-Rp25.000. Harga tersebut untuk mengganti kantong napas yang dibutuhkan sebagai alat tes.
Selain itu, pengambilan sampel tes berupa embusan nafas juga dirasakan lebih nyaman dibanding usap atau swab.
Kantongi izin edar dan segera diproduksi massal
Dalam keterangan tertulisnya, Prof. Kuwat, mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada Kamis (24/12/2020). GeNose secara resmi mendapatkan izin edar dengan nomor Kemenkes RI AKD 20401022883.
Menurut Prof. Kuwat setelah izin edar diperoleh maka tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh BIN dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan.
“Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan nafas sehingga satu jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,”urainya seperti yang dikutip dari Liputan6.com, Selasa (5/1/2020).