Mimbarpublik.com, Siak – Menghadapi krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga bahan pokok dan pangan pemkab Siak melalui Dinas Ketahanan Pangan melakukan rapat tim verifikasi dan validasi Pemetaan Kerentanan dan Ketahanan Pangan / Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) tahun 2022. Rapat ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi ketahanan pangan dan gizi di daerah-daerah yang terpantau rentan terhadap pangan dapat segera dilakukan intervensi.
Berdasarkan keputusan Bupati Siak nomor 227/HK/KPTS/2022 tentang pembentukan tim verifikasi dan validasi data pemetaan ketahanan dan kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas- FSVA) pada dinas ketahanan pangan kabupaten Siak T.A 2022.
Menyediakan dan menyampaikan informasi hasil pemantauan kepada pimpinan dan sektor terkait (vertikal dan horizontal) agar dapat dimanfaatkan di dalam penetapan sasaran penanggulangan kerentanan pangan wilayah secara tepat, cepat dan akurat.
Wakil Bupati Siak Husni Merza saat membuka acara tersebut menyampaikan, untuk mengetahui situasi ketahanan dan Kerentanan pangan diwilayah Kabupaten Siak di perlukan data yang valid serta tim nantinya melaporkan secara berkala kepada pimpinan.
“Kami minta data di setiap kampung yang rentan pangan dilaporkan, Kami berharap ada data yang benar-banar tervalidasi, yang bisa di jadikan dasar kami dalam mengambil kebijakan” kata Husni saat membuka Rapat Tim verifikasi dan validasi Pemetaan Kerentana dan Ketahan Pangan (FSVA) kabupaten Siak tahun 2022, yang berlangsung di Ruang Rapat BAPPEDA Kabupaten Siak, Kamis (15/9/2022).
Husni menambahkan rapat ini sangat penting, pemerintah daerah harus memiliki cadangan pangan beras, jika di hitung produksi padi dari sawah yang di miliki saat ini, tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras di kabupaten Siak.
“Makanya kita masih bergantung dengan beras dari beberapa daerah di luar riau, karena peroduksi beras dari hamparan sawah yang kita miliki, belum bisa memenuhi kebutuhan 459 ribu jiwa penduduk kabupaten Siak, dan tidak semua orang Siak bisa makan beras dari Bungaraya atau sabak Auh. Ada yang seleranya makan beras anak dara, Naruto dan Putri Palembang, ini lah kondisi yang kita alami sekarang,”ungkapnya.
Rapat ini dilakukan dalam rangka menyikapi dua kerisis yang di hadapi saat Ini pertama kerisis pangan yang kedua kerisis energi. Kenaikan harga BBM menyebapkan naiknya harga bahan pokok, mau tidak mau bahan pokok harus ada di rumah tangga warga, seperti beras cabe,bawang, garam dan minyak goreng.
“Di prediksi puncak kerisis pada empat bulan kedepan, kita harus bisa mengendalikan ketersediaan bahan pokok beras di daerah termasuk harga yang terjangkau,” kata dia.
Beberapa hari kemarin saat rapat virtual bersama Presiden melalui zoom meeting disarankan kerjasama antar daerah, selain memitigasi berapa ketersediaan pangan. Kemudian ia minta data jenis beras apa saja yang dikonsumsi masyarakat kabupaten Siak.
“Saya tak tahu nih apakah kita punya data, beras apa saja yang di makan masyarakat kita apakah Ramos Super, Anak Daro, Belida, Putri Palembang dan lain-lain. Kalau bisa kita punya data secara berkala di laporkan ke pimpinan, Kemudian berapa sesungguhnya, beras di atas dalam satu bulan masuk ke kabupaten Siak. Tujuannya kita mengantisipasi jika terjadi sesuatu hal, seperti putus jalan perbatasan Riau dan Sumbar apa yang terjadi di Siak, ini harus kita antisipasi juga,” jelasnya.
Ia minta melalui rapat tim ini, betul-betul melahirkan data yang valid, sebagai dasar untuk mengambil kebijakan, saat ini dan kedepan. Karena kalau kerawanan pangan pasti dampaknya dengan harga atau harga tak terkendali.
“Jangan sampai ada masyarakat kita menjerit tak dapat belik beras. Pemerintah bertanggungjawab memastikan warganya punya beras dan bahan pokok tersedia di pasar dengan harga yang terjangkau, itu intinya,”tutupnya.(dharma/inftrl)