MIMBARPUBLIK.COM, BENGKALIS – Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau bekerja sama dengan LAMR Kabupaten Bengkalis menggelar Kenduri Pantun Serumpun dalam bentuk Seminar Pantun, Senin (19/12/2022).
Acara yang digelar di ruang pertemuan lantai I LAMR Kabupaten Bengkalis yang beralamat di Jalan Pramuka, Desa Air Putih ini diikuti pelajar SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 3 Bengkalis dengan kuota masing-masing sekolah 10 orang serta 20 mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis.
“Kalau berbicara tentang kegiatan yang dilaksanakan hari ini dan hal-hal yang saya dapatkan, tentu saja banyak, jika dipresenkan, 80% ilmu (tentang Pantun dari narasumber)nya. Berbicara tentang pantun, saya sejak dari dulu cukup menyukai pantun ini, hanya saja literasi kami tentang pantun masih kurang namun Alhamdulillah, kami diberi kesempatan untuk hadir di sini membahas dan mempelajari tentang pantun ini,” kata Said Teddy Rizky Suhendra Alaydrus, seorang peserta utusan STAIN Bengkalis, Senin (19/12/2022).
Akrab disapa Rizky yang menjabat sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) di kampus yang terletak di Jalan Lembaga, Desa Senggoro ini mengaku pengetahuan berpantun di kampusnya masih kurang namun di kampusnya ada satu program Festival Kebudayaan yang tahun ini tidak sempat dilaksanakan.
“Insya Allah, jika dijodohkan dan diberi rezeki kami di kampus akan melakukan festival kebudayaan di tahun depan dan sebenarnya menjadi harapan bagi kami mahasiswa dan dosen-dosennya karena kami tidak hanya mengambil kemelayuannya saja tetapi kami mengharapkan (khazanah) Melayu itu benar-benar ada di kampus kami,” harap Rizky penduduk Belitung, Kabupaten Kepulauan Meranti yang terlihat sangat antusias dan aktif mengikuti seminar.
Ketua Umum DPH LAMR Kabupaten Bengkalis Datok Seri H Sofyan Said yang hadir di akhir sesi menyampaikan pantun merupakan ragam yang paling unik membuat kesan yang bahagia dari untaian kata, menyentuh yang lebih menyenangkan. Maka melalui kegiatan seminar ini, narasumber memberikan pencerahan dan pemahaman kepada generasi muda untuk untuk gemar pada seni budaya pantun sebagai warisan yang harus dipertahankan.
“Banyak khazanah-khasanah seni budaya kita yang bisa menjadi warisan budaya dunia,” kata Datok Seri Sofyan yang memberikan apresiasi kepada LAMR Provinsi Riau atas kegiatan seminar ini.
Sumantari, seorang pemantik atau narasumber pula yang diwawancara jurnalis media ini mengatakan, “Becakap pasal pantun ini banyak hal yang endak disampaikan. Tapi dalam kesempatan ini, kite ingin mengatekan bahwe, pantun sebagai sastra lisan yang paling tue, menjadi khazanah kebudayaan Melayu yang sekaghang masih hidup dan mesti dilestarikan. Generasi kite yang mungkin sekaghang ini sudah asing dengan pantun, kalaupun die dapat bepantun, pantunnye tidak same dengan oghang-oghang dulu karena pantun oghang-oghang dulu ade due kate, sudahlah “Ranggi”, “Bernas” yang menggambarkan bahwe oghang-oghang Melayu tempo dulu memang betul-betul hidupnye santun dengan pantun, hidupnye teratur dengan pantun dan betul-betul punya pikiran jernih padahal oghang-oghang tue kite dulu belum tahu tulis bace, tapi pantunnya bukan main, misalnye “Kalau ade sumur di ladang boleh kita menumpang mandi”. Tak semue ladang itu ade sumur dan belum tau oghang yang punye ladang itu membeghi izin kite mandi. Begitulah umur yang ade pade kite ni, bile kite bisa bejumpe lagi tak ade yang pasti,” terang Sumantari dalam dialek Melayu Pesisirnya.
Diterangkan Sumantari, sebuah pantun, “Kalau ade jarum yang patah jangan disimpan di dalam peti”. Jarum yang patah tu tak ade artinye nak disimpan di dalam peti, begitu juga kata yang salah tak harus disimpan di dalam hati. Begitulah bernasnya pantun oghang-oghang tue Melayu dulu,” ungkap Sumantari seraya menyampaikan ucapan terima kasih kepada LAMR Provinsi Riau yang sudah menggagas upaya melestarikan pantun ini melalui sebuah kegiatan Seminar Pantun Serumpun.
“Alhamdulillah, yang menjadi pesertanye adik-adik mahasiswa dan pelajar. Mudah-mudahan, merekalah generasi penerus, menjadi pemantun-pemantun Bernas yang Ranggi untuk mewakili dan melanjutkan tradisi-tradisi oghang dulu. Mudah-mudahan. Semoga,” harap Sumantari di akhir wawancara.
Diantara hal menarik yang dipaparkan Sumantari dalam materinya yang perlu dibagikan adalah, “Seseorang yang sering berpantun akan menjadikan orang itu berkarakter. Sumantari juga menyebutkan diantara kriteria pantun Melayu :
- Pandai menggunakan kata
- Menggunakan kata-kata alam.
Sementara, Datok Seri Muda Sempena Negeri H Riza Pahlevi, pemantik yang tampil pada sesi pertama sebelum tampilnya Sumantari, menyampaikan materi “Nilai -Nilai Tunjuk Ajar Di Dalam Pantun Melayu” mengutip gurindam sebagai bahan dasar dari Tunjuk Ajar itu sendiri.
“Kalau hendak menjadi orang tunjuk ajar janganlah kurang, kalau hendak menjadi orang tunjuk hajar hendaklah pegang, kalau hendak menjadi orang tunjuk ajar jangan dibuang. Dalam masyarakat melayu khususnya Kabupaten Bengkalis, kita selalu diberikan pedoman, tuntunan oleh orang-orang tua kita dalam berkehidupan. Ungkapan yang saya sampaikan tadi itu menggambarkan bagaimana posisi tunjuk ajar Melayu yang mengandung petuah, petunjuk, nasehat, amanah, pengajaran yang menjadi pedoman, panutan, menjadi penuntun, pegangan bagi masyarakat Melayu dalam menjalani kehidupan ini
Diutarakan Datok Riza Pahlevi, bahwa, “Dari orang tua pasti ada pemindahan pengetahuan, pemindahan pengalaman yang tidak kita sadari. Nah, ini yang akan membentuk kita. Kepribadian seperti ini yang perlu dibentuk dan tunjuk ajar jadi panutan agar kita menjadi kuat menghadapi tantangan zaman, menghadapi efek negatif daripada kemajuan teknologi,” beber Datok Seri Muda Sempena Negeri H Riza Pahlevi.
“Tunjuk ajar itu segala jenis petuah, petunjuk, nasehat, amanah, petuah, suri tauladan yang disampaikan dalam bentuk ungkapan-ungkapan,” terang Datok Riza Pahlevi yang pernah menjadi Ketua DPRD dan Wakil Bupati Bengkalis ini.
Timbalan Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR Provinsi Riau, Datok Syaukani Alkarim atas kegiatan Seminar Pantun Serumpun ini memahami generasi muda hari ini sebetulnya sedang berada di persimpangan jalan.
“Serbuan-serbuan budaya asing dengan begitu mudah sampai kepada generasi muda kita, tidak hanya di Bengkalis, tidak hanya di Riau tetapi juga di Indonesia secara umum. Serbuan-serbuan yang datang dari semua tempat ini, tentu secara perlahan dan bertahap menggerus nilai-nilai yang telah diajarkan generasi terdahulu kepada anak-anak atau generasi muda kita. Banyak generasi muda kita yang lupa kepada khazanah, kekayaan, kearifan yang muncul dalam wilayahnya masing-masing. Banyak anak-anak muda yang sudah lupa dengan bagaimana tata cara berpantun yang baik, lupa dengan bagaimana cara bertindak sebagai makhluk Melayu dalam kebudayaannya, tidak mengerti adat istiadat, bahkan banyak di antara mereka yang lebih mengerti tentang hal-hal yang berada di luar kebudayaan Melayu. Hal ini tentu menjadi dasar keprihatinan kita dan kita LAMR mencoba untuk membuat terobosan-terobosan dalam rangka mengembalikan jati diri anak-anak kita,” beber Datok Syaukani.
Masih kata Datok Syaukani, “Ada berbagai hal yang dibuat oleh LAMR misalnya dengan melakukan pelatihan-pelatihan adat, pelatihan-pelatihan tentang bagaimana menerapkan tunjuk ajar Melayu di tengah kehidupan dan seperti juga yang kita lakukan pada hari ini adalah bagaimana nilai-nilai pantun, kemudian bagaimana nilai-nilai tunjuk ajar dalam pantun dan sekaligus bagaimana teknik berpantun itu dapat dilakukan. Hari ini, pantun itu sudah ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda. Dan di mana-mana hari ini kita melihat di Indonesia semua orang dalam setiap kegiatan dalam setiap pidato menggunakan pantun, pada level apapun juga. Sebagai orang Melayu tentu kita memiliki kewajiban yang sangat besar untuk melestarikan khazanah pantun ini. Dan khazanah pantun ini pada hari ini bukan semata-mata menjadi milik kita tetapi sudah menjadi warisan Melayu kepada dunia. Sebagai warga Melayu, tentu menjadi sesuatu yang penting bagi generasi muda untuk mengetahui bagaimana sebenarnya tata cara berpantun yang baik,” bebernya lagi.
“Kita tahu bahwa berpantun ini tidak boleh dibuat secara sembarangan, antara sampiran dan isi itu harus saling memperkuat dan setiap sampiran dan isi itu memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Makanya kita berharap dengan Kenduri Pantun Serumpun ini, anak-anak didik baik itu SMA maupun itu mahasiswa mendapatkan pengetahuan dasar tentang apa itu pantun dan bagaimana cara berpantun yang benar sehingga ketika kita bermimpi mewariskan pantun kepada dunia, kita juga harus mampu menjadikan pantun itu sebagai bagian integral di dalam kehidupan kita. Pantun tidak lagi hanya perlu digunakan dalam acara nikah dan kawin saja tapi pada setiap kesempatan sebab pantun itu adalah sistem bertutur orang-orang Melayu pada masa lampau, sistem bertutur yang sopan. Dalam pantun mereka menyampaikan maksud, dalam pantun mereka menyampaikan hajat dan semua keinginan-keinginan mereka tuangkan dalam pantun. Apabila anak-anak didik kita mengerti tentang pantun ini maka Insya Allah kedepan, pantun ini tidak hanya terjaga sebagai warisan dunia tapi juga terjaga pada lisan dan hati sanubari anak-anak kita,” ucap Datok Syaukani cucu budayawan Soeman HS penulis novel roman Mencari Pencuri Anak Perawan ini memotivasi.(mad)