MimbarPublik.com, SIAK – BLT DD atau Bantuan Langsung Tunai Dana Desa merupakan bantuan yang terus digulirkan pemerintah melalui Dana Desa , warga desa/ kampung yang sudah memenuhi kriteria, tujuannya untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19 dan penanganan kemiskinan di desa.
Penyaluran Dana Desa memiliki peranan penting untuk meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan masyarakat desa, khususnya dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai salah satu bentuk jaring pengaman sosial,
Adapun BLT Dana Desa diberikan Rp 300 ribu per bulan untuk setiap keluarga yang masuk kategori.
Untuk diketahui, kategoriPenerima BLT Dana Desa sesuai Permenkeu Nomor 190/PMK.07/2021 diberikan kepada keluarga penerima manfaat yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Keluarga miskin atau tidak mampu yang berdomisili di Desa bersangkutan dan diprioritaskan untuk keluarga miskin yang termasuk dalam kategori kemiskinan ekstrem;
• Kehilangan mata pencaharian;
• mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis;
• Keluarga miskin penerima jaring pengaman sosial lainnya yang terhenti baik yang bersumber dari APBD dan/ atau dari APBN;
• Keluarga miskin yang terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan belum menerima bantuan; atau
• Rumah tangga dengan anggota rumah tangga tunggal lanjut usia.
Namun pada salah satu desa / kampung di Kabupaten Siak Provinsi Riau diduga abaikan Permenkeu tersebut. Tentu hal ini menjadi sorotan. Pasalnya, sejumlah penerima tergolong mampu, bahkan ada yang memiliki mobil, kebun sawit serta rumah yang dilengkapi AC.
Informasi yang diterima media inj, sejumlah warga Kampung Olak merasa heran dengan daftar nama penerima. Secara ekonomi, sebagian besar penerima berpenghasilan di atas rata-rata. Sedangkan beberapa nama yang kategori miskin justru tidak didata untuk menerima BLT DD.
Pemerintah Kampung Olak sudah membagikan BLT DD tersebut pada Kamis, 16 Juni 2022 lalu. Jumlah penerima sebanyak 92 orang. Dari 92 orang tersebut yaitu Natrina. Padahal fasilitas rumah Natrina ini sudah dilengkapi AC.
Dari data daftar nama penerima BLT tersebut, besaran masing-masing penerima sebanyak Rp 3,6 juta. Penerima diundang pihak Desa ke Sialang Pandan, perkantoran desa tersebut untuk pencairan BLT DD.
“Ada warga bernama Alwan, tinggal di dusun Petaling Jaya tidak punya penghasilan dan mempunyai tanggungan istri dan anak justru tidak dapat, warga ini juga tidak terdaftar di PKH atau BNPT,” kata warga Olak yang enggan menyebutkan namanya saat ditanya wartawan. Senin (27/6/2022).
Sambungnya, selain Alwan ada juga warga bernama Ahmad yang berkategori miskin. Ahmad juga dipastikan tidak menerima BLT DD, padahal Ahmad tidak berpenghasilan tetap dan menanggung beban istri dan anak.
“Ahmad ini warga Olak yang tinggal di Jalan Lubuk Jaya, Dusun Tepian Cina. Harusnya Ahmad itu berhak mendapatkan BLT malah orang-orang seperti ini yang tidak dapat,” kata warga tersebut.
Dari daftar nama penerima BLT tersebut ada nama M Sholeh yang telah menerima BLT DD sebesar Rp 3,6 juta dari kampung itu, diketahui mempunyai 1 unit kendaraan roda empat.
Penerima Bantuan lainnya atas nama M Supri memiliki lahan kebun sawit lebih dari 2 Ha dan sedang membangun rumah bukan type sederhana. Ada nama Natrina, kakak kandung Penghulu Olak Zaiful Azim merupakan seorang guru dan rumah ber AC.
Pada daftar penerima, tertera nama Fitma Julita, yang diketahui memiliki mobil , berikut dalam daftar penerima bantuan dengan nama Abdul Aziz, yang diketahui pemilik kebun sawit lebih dari 2 Ha.
Penghulu Kampung Olak, Zaiful Azim tidak menampik data tersebut. Ia membenarkan informasi itu namun ia mempunyai alasan tersendiri untuk memberikan BLT kepada 92 nama tersebut.
“Info diterima, betul Pak. Maaf, kalau boleh tahu yang ngasih data sama Bapak siapa Pak?
Karena yang kami kasih (beri,red) adalah orang – orang yang datanyatidak double dibantuan lainnya ,Pak.Orang itu belum ada dapat sentuhan dari pemerintah ,makanya alasan itu mereka kita kasih Pak,” kata Zaiful.
Zaiful juga menyebut bahwa penerima BLT DD tersebut adalah orang asli Kampung Olak. Karena sebagai orang asli maka ia merasa sangat wajar BLT diberikan kepadanya meski mempunyai mobil dan kebun sawit.
“Sudah sewajarnya juga mereka untuk penerima bantuan BLT, warga lain-lainnya sudah mendapat bantuan seperti PKH dan BPNT, makanya kami tidak sangggup mengasih warga lain yang datanya double,” kata dia.
Zaiful Azim juga menduga pihak yang membocorkan data penerima ke media adalah dari pihak lawan politiknya. Namun demikian, ia kembali membuat alasan 92 orang penerima BLT itu sudah melalui tahapan.
“Mereka juga terdampak Covid 19, M Sholeh itu adalah tukang lansir sawit kebetulan dia baru membeli mobil,seblum data ini kami masukan dia belum punya mobil,” kata dia.
“Kalau kakak kandung saya ,saya kasi BLT karena dia janda, penghasilan cuman berapalah Pak,” kata dia.
Zaiful Azim melanjutkan, penerima atas nama M Supri benar membangun rumah tetapi dengan menggadaikan sesuatu ke bank. M Supri lagi persiapan pesta anaknya.
“Dia memang membangun, digadai di bank ,alasan dia membangun mau menyambut anaknya pesta supaya tak malu,” kata dia.
Sementara atas nama Fitma juga diakui Zaiful Azim sebagai penerima BLT yang memiliki mobil. Mobil tersebut dibayarkan kreditnya sama anaknya.
“Fitma itu anaknya yang bayar kredit mobill itu,Saya rasa wajar juga dia dapat, dan ibu itu tidak ada kebun sebidang pun di kampung itu,” kata dia.
(Dharma)